Sebuah Perkenalan dari Pandemi Global 2020

COVID-19 adalah kenyataan yang harus dihadapi

It feels like a long hiatus. Menulis membutuhkan komitmen itu benar adanya. Kalau bukan karena situasi yang sedang kualami, mungkin lebih dari ini aku akan mulai kembali mempublikasikan tulisan. Pun tidak ada yang membaca, setidaknya menjadi seutas catatan perjalanan bahwasanya saat ini bukan hanya  aku namun juga seisi dunia sedang menghadapi situasi yang tidak terduga. Semua sama-sama sedang berjuang melawan satu hal: COVID-19!

COVID-19 merupakan kepanjangan dari Corona (CO), Virus (VI), Disease (D) dan tahun 2019 (19) adalah tahun kemunculan virus ini.

 

Siapa yang sangka 2020 harus dijalani dengan pandemi yang meluluhlantakan kehidupan bukan hanya dalam persoalan kesehatan, ekonomi bahkan hingga merenggut nyawa? Siapa yang bisa persalahkan keadaan? Tidak ada satupun! Semua terkena dampak dari virus yang tidak mengenal suku, agama ras, budaya, you named it!

Tapi percayalah dari awal kemunculannya di Wuhan, China pada Desember 2019 lalu hingga akhirnya dinobatkan sebagai pandemi oleh organisasi kesehatan dunia/ World Health Organization (WHO), virus ini mengajarkan kita semua banyak hal. REAL A LOT!

Sedikit flashback dari sebelum virus ini dinobatkan sebagai pandemi, kasus pertama masuk di Malaysia pada 23 Januari 2020. Saat itu aku sedang kembali ke Indonesia selama 10 hari dan kalau boleh digambarkan saat itu dunia belum seperti saat ini. Berita memang menyiarkan tentang virus yang teridentifikasi pertama kali dari Wuhan sejak Desember 2019, namun siapa yang akan mengira dampaknya akan seperti saat ini? Tidak seorang pun. Masker, sanitizer, vitamin C menjadi barang yang masih bisa didapat dan kubawa dengan mudah dari Indonesia ke Malaysia sebagai bentuk preventif dalam menghadapi virus yang sudah masuk ke Malaysia (saat itu Indonesia belum ada sama sekali). Tapi tenang saja, aku membeli secukupku bukan dengan dalih menimbun dan memperjualbelikannya seperti apa yang sering terjadi pada tiap krisis di muka bumi ini 😦

Pada 25 Januari 2020 saat aku sampai di KLIA pengamanan memang sudah lebih ketat di mana ada petugas medis yang berjaga di beberapa titik hingga pemeriksaan suhu saat menuju imigrasi. Aku juga sempat melihat ada beberapa orang yang membawa dan menunjukan surat kesehatan yang saat itu aku yakini mereka baru mendarat dari China. Lebih kurang saat itu belum semua orang merasa virus ini akan memiliki efek yang begitu masif.

Aktivitas masih seperti biasa, aku masih ke kantor, tempat makan, pusat perbelanjaan, berkumpul dengan teman-teman, menghadiri Thaipusam di Batu Caves (festival Hindu Tamil untuk menghormati Dewa Murugan saat bulan purnama di 28 Januari lalu) hingga melancong ke Ipoh dan Cameron Highlands, Pahang di akhir Februari 2020.

Tidak dapat dipungkiri kasus COVID-19 terus bertambah hari demi hari, bukan hanya di Malaysia namun juga di negara-negara lain. Kota Wuhan saat itu sudah melakukan lockdown (istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu upaya pengendalian penyebaran infeksi dengan cara menutup akses masuk maupun keluar di wilayah tersebut). Di Malaysia belum ada aturan khusus, hanya anjuran untuk mengenakan masker saat sakit dan rajin mencuci tangan. Lambat laun memasuki Maret satu per satu negara yang terinfeksi bertambah dan ketersediaan masker, sanitizer hingga vitamin C di Malaysia pun menjadi suatu kelangkaan. Banyak negara bahkan Malaysia yang akhirnya mulai menyadari kalau COVID-19 ini bukanlah ancaman main-main, termasuk Indonesia yang mengumumkan kasus pertamanya pada 2 Maret 2020 dan mulai saat itu semua dunia terasa berubah.

Perubahan ini nyata terjadi terlebih saat WHO mendeklarasikan COVID-19 pada 11 Maret 2020 sebagai pandemi global yang pada pengertian harafiahnya berarti terjadinya wabah suatu penyakit yang menyerang banyak korban, serempak di berbagai negara. Tanpa terkecuali, virus ini bisa menyerang siapapun di belahan dunia manapun pada kondisi apapun. WHO mengkonfirmasi bahwa COVID-19 merupakan darurat internasional di mana setiap rumah sakit dan klinik di seluruh dunia disarankan untuk dapat mempersiapkan diri menangani pasien penyakit tersebut meskipun belum ada pasien yang terdeteksi.

Semakin merebaknya virus ini dengan bertambahnya kasus tiap harinya, Malaysia mengambil kebijakan untuk melaksanakan Movement Control Order (MCO) yaitu pencegahan untuk mengontrol penyebaran infeksi wabah sejak diumumkan oleh Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri Muhyiddin Yassin pada 16 Maret 2020. Lockdown ini menyusul negara lain yang sudah terlebih dahulu mengambil langkah seperti Italia bahkan negara tetangga, Singapura. Setelah ditetapkannya hal tersebut, semua masyarakat diminta mempersiapkan diri karena efektif per tanggal 18 Maret semua kegiatan dilakukan di rumah masing-masing–pengecualian untuk beberapa sektor industri yang ditentukan oleh pemerintah.

Maka resmi per 18 Maret aku harus menjalani Work From Home (WFH), sekolah dipindahkan ke rumah masing-masing menjalani metode e-learning, dan banyak aturan lain di antaranya:

  • Pembatasan pergerakan maksimum 10KM dari kediaman masing-masing
  • Kendaraan pribadi hanya boleh berisikan 1 orang saja
  • Dilarang untuk mengadakan kegiatan yang mendatangkan banyak orang termasuk dalam kegiatan kegamaan, olahraga, sosial dan budaya
  • Warga Negara Malaysia dilarang pergi ke luar Malaysia
  • Warga Negara Asing dilarang untuk masuk ke Malaysia
  • Penutupan semua unit pemerintahan, Sekolah, Universitas, Bisnis dan Institusi kecuali “essential services” yang diizinkan tetap beroperasi (financial services, courier, petrol stations, hospitals, clinics, pharmacies, registered traditional medicine shops, telecommunications, restaurants, and food hawkers–take away and home delivery only, supermarkets, markets, convenience stores, e-commerce, and hotel services)
  • Semua orang yang keluar, wajib menggunakan masker

covid-19 pandemi global indonesia malaysia

Masih banyak lagi aturan yang tidak kutuliskan namun sebagian besar seperti itu. Bagi industri yang masih membuka bisnisnya padahal tidak termasuk dalam pengecualian, lalu bagi yang pergi lebih dari 10 KM pun akan dikenakan sanksi atau denda dari negara.

Latest updates can also be accessed from The Prime Minister’s Department website and The National Security Council website.

Per hari ini, saat aku mempublikasikan tulisanku ini sudah tepat 50 hari aku melakukan karantina mandiri dan hanya keluar rumah 2x untuk membeli groceries ke AEON dekat tempat tinggalku.

Bagaimanapun campur aduknya perasaan saat ini, harapanku dan harapan semua orang di dunia ini tentunya agar pandemi global ini segera berakhir dan kita bisa hidup tanpa adanya rasa cemas dan takut terus-menerus.  Lakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan dunia ini.

Panjang umur perjuangan semua manusia di dunia–tanpa terkecuali!

One thought on “Sebuah Perkenalan dari Pandemi Global 2020

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s