Kaleidoskop Farah 2018!

Throwback to what I’ve been through..

Is there anyone who mentioned that life has to be conventional? No one! “Ga bosen apa kerja pindah-pindah?”, “Kapan mau nikah?”, “Jalan-jalan mulu, kapan nabung buat nikah?”, “Lihat deh temen-temen lain udah pada punya anak, ga tertarik punya juga?”. Muak ga sih sama pertanyaan template bersiklus dengan benchmark hidup konvensional: sekolah – kerja – nikah – punya anak? Kenapa kita terlalu sibuk ngurusin hidup orang lain daripada mikirin apa yang bisa kita kasih ke dunia ini selama kita hidup?

I’ve been learning many things so far. 2018 is a real epic year for me! Lit! Dari pada lama-lama tipes menyerap segala bentuk pertanyaan yang sifatnya “nyinyir bin julid”, I would look back to what I’ve been through in 2018 and let the negativity goes away!

Continue reading “Kaleidoskop Farah 2018!”

Menghidupkan Mesin Waktu

Tidak ada yang salah dengan kembali ke masa lalu

Memulai selalu jadi hal yang mendebarkan dan sulit di saat yang bersamaan. Iya, sama kayak mau mulai masuk sekolah dulu mikirin gimana nanti di kelas, siapa teman-temannya, gurunya bisa diajak bercanda asik atau ga, dll. Atau kayak gimana cara mulai mengajak gebetan dalam pembicaraan yang ga kedengeran sok asik. “Lah cewe emang bisa mulai?” Hellloooo~ I’m not that type of person, who’s over gender-stereotype like “cewe boleh ini, cewe ga boleh itu.” Eng~ Nganu… Ini tulisan mau dibawa kemana yah? Heu~

Kayaknya kalau bisa kembali ke satu masa selama hidup, aku akan menggunakannya ke masa kecil. Ketika imajinasi bisa berlarian seliar mungkin tanpa batas dan saat di mana sebuah rasa takut mampu terkalahkan oleh sebuah rasa penasaran.

Continue reading “Menghidupkan Mesin Waktu”