DAY 3: A Memory

#30DaysWritingChallenge

Rasanya terlalu banyak memori yang dapat disimpan di dalam otak manusia. Penyimpanan short-term memory ada di bagian lobus frontalis, tepatnya di prefrontal cortex. Setelahnya hippocampus akan bekerja untuk menjadikan memori pendek menjadi jangka panjang. 

Lalu satu memori apakah yang terekam dalam hippocampus-ku?

Continue reading “DAY 3: A Memory”

Melipir ke Port Dickson, Negeri Sembilan

Karena Malaysia ga cuma Kuala Lumpur!

Yow! Sesungguhnya aku teramat lelah melanjutkan artikel Port Dickson sebelumnya. Namun karena anaknya ga suka ketika sudah memulai tidak terselesaikan #eh yaudah lanjut deh yah bagian keduanya..

Tujuannya buat apa nulis ini? Kepuasan pribadi! Selain memori di otak, foto, video, dengan menulis aku bisa kembali mengingat apa yang pernah kulalui di hidupku seandainya lupa ingatan kan di masa depan (amit-amit Ya Allah).

Baiklah, melanjutkan cerita perjalananku di Port Dickson..

Continue reading “Melipir ke Port Dickson, Negeri Sembilan”

Si Pelupa

Lebih baik hilang arah daripada hilang akal

Pernah terpikirkan ga kalau hari ini mungkin merupakan jawaban dari doa masa lalu yang pernah kita ucapkan? Bisa jadi sesuai dengan pinta bisa jadi hanya serupa. Namun pasalnya, manusia seringkali lupa. Tanpa secara penuh disadari, beberapa hal bergerak maju, sesuai dengan doa yang dipinta, di atas segalanya semua tentang kebahagiaan kita.

Continue reading “Si Pelupa”

Tetiba Melancong ke Port Dickson!

Hiburan ga semata “mall”

[LONG ARTICLE ALERT!]

Setelah meditasi berbulan-bulan, menghilang dari peradaban (ga deng lebay ini sih), akhirnya niat terkumpul buat ceritain pengalaman short-trip ini.. Beberapa bulan lalu, tepatnya di tanggal 9-10 September 2018 aku melakukan solo-traveling ke daerah bernama Port Dickson di Malaysia. A random-quick-getaway karena idenya dadakan banget agak kayak tahu bulat gitu -_-

Pengalaman “ngebolang” yang sering aku hadapi adalah nyasar! Buat yang cukup mengenalku, tentu ga heran kalau aku cerita “eh, gw nyasar nih.” Entah mereka akan jawab “Kebiasaan!” atau “Kurang-kurangin deh Far” atau bahkan juga malas menanggapi karena terlalu SERING! But believe me, mau se-drama apapun adegan nyasar yang pernah aku lewati, lama-lama aku merasa “nyasar” itu selalu seru.

Continue reading “Tetiba Melancong ke Port Dickson!”

Kaleidoskop Farah 2018!

Throwback to what I’ve been through..

Is there anyone who mentioned that life has to be conventional? No one! “Ga bosen apa kerja pindah-pindah?”, “Kapan mau nikah?”, “Jalan-jalan mulu, kapan nabung buat nikah?”, “Lihat deh temen-temen lain udah pada punya anak, ga tertarik punya juga?”. Muak ga sih sama pertanyaan template bersiklus dengan benchmark hidup konvensional: sekolah – kerja – nikah – punya anak? Kenapa kita terlalu sibuk ngurusin hidup orang lain daripada mikirin apa yang bisa kita kasih ke dunia ini selama kita hidup?

I’ve been learning many things so far. 2018 is a real epic year for me! Lit! Dari pada lama-lama tipes menyerap segala bentuk pertanyaan yang sifatnya “nyinyir bin julid”, I would look back to what I’ve been through in 2018 and let the negativity goes away!

Continue reading “Kaleidoskop Farah 2018!”

Menghidupkan Mesin Waktu

Tidak ada yang salah dengan kembali ke masa lalu

Memulai selalu jadi hal yang mendebarkan dan sulit di saat yang bersamaan. Iya, sama kayak mau mulai masuk sekolah dulu mikirin gimana nanti di kelas, siapa teman-temannya, gurunya bisa diajak bercanda asik atau ga, dll. Atau kayak gimana cara mulai mengajak gebetan dalam pembicaraan yang ga kedengeran sok asik. “Lah cewe emang bisa mulai?” Hellloooo~ I’m not that type of person, who’s over gender-stereotype like “cewe boleh ini, cewe ga boleh itu.” Eng~ Nganu… Ini tulisan mau dibawa kemana yah? Heu~

Kayaknya kalau bisa kembali ke satu masa selama hidup, aku akan menggunakannya ke masa kecil. Ketika imajinasi bisa berlarian seliar mungkin tanpa batas dan saat di mana sebuah rasa takut mampu terkalahkan oleh sebuah rasa penasaran.

Continue reading “Menghidupkan Mesin Waktu”