DAY 24: Write about a Lesson I’ve Learned

#30DaysWritingChallenge

Di tahun 2015, Steve Jobs pernah memberikan commencement speech untuk Stanford University’s Graduation. Banyak hal yang bisa aku ambil dari situ setelah menontonnya, salah satunya adalah perihal “connecting the dots”.

So instead of “a lesson I’ve learned”, it’s more suitable as “lesson(S) I’ve learned.”

Life feels like a scattered graph of random dots, but Steve Jobs assured me that all the dots in life will eventually connect to each other. I’ve been through so many ups and downs in life–berulang kali merasa demotivasi dan mempertanyakan tentang esensi hidup.

Berbagai macam hal silih berganti datang dan pergi di hidupku, dan tentunya sulit untukku menyambungkan “titik-titik” yang ada dari setiap hal. Tapi aku sadar betul bahwa saat ini hal yang perlu kulakukan adalah terus bertahan dan melanjutkan hidup sebagaimana mestinya dengan cara terbaik. Because, someday I’m gonna connect my own dots and find the meaning of it. 

Sebagaimana hamba yang tidak pernah luput dari dosa, aku akui beberapa kali aku merasa kecewa dengan Tuhan. Namun Steve Jobs pada poin kedua di pidatonya mengatakan, “Sometimes life hits you in the head with a brick. Don’t lose faith”. Sudah sepatutnya aku mengimani bahwa cinta yang abadi dan tulus hanyalah milik pencipta dan rasa percaya kepada-Nya harus selalu ada dalam hatiku.

Back then, I might be so disappointed with my family. Kenapa aku ga bisa bersama dengan orang tuaku? Kenapa orang tuaku harus berpisah? Kenapa aku harus terbiasa mandiri? Namun saat ini, ketika aku mencoba berbalik melihat ke masa lalu, beberapa hal menjadi lebih jelas. Mungkin kalau sejak umur dua tahun aku tidak tinggal dengan nenek semua akan berbeda. Mungkin aku tidak bisa menjadi aku yang sekarang.

Ketika sakit hati, sedih, bahkan bahagia karena manusia, itu semua tentu karena ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Keluarga merupakan “perpanjangan tangan” Tuhan. Di mana mereka akan selalu merangkul, membimbing, dan untuk mereka juga lah harusnya aku terus berjuang menjalani hidup. Family is always stay with you. No matter what.

Aku sepatutnya bersyukur berada di tengah-tengah keluarga yang menguatkan dan membentukku menjadi pribadi saat ini. Mereka tidak mendiskriminasi dan menjustifikasi atas berbagai macam hal dalam hidupku. Apakah aku dikekang dalam menentukan karir dalam hidup? Tidak. Apakah aku dipaksa harus menikah melalui perjodohan? Tidak. Aku diberikan kebebasan berikut tanggung jawab penuh untuk diri sendiri. Setidaknya satu hal yang ditekankan kepadaku adalah, “meskipun kita belum bisa bermanfaat bagi orang banyak, setidaknya jangan menyusahkan orang lain.”

Poin terakhir dari pidato Steve Jobs ialah tentang kematian. “Your time is limited, so don’t waste it living someone else’s life. Don’t be trapped by dogma–which is living with the results of other people’s thinking.” Ini yang masih perlu aku pelajari. Seringkali aku beranggapan “enak yah kalau jadi dia, bla bla bla…” Detik itu juga aku lupa bahwa tiap manusia punya takdir berbeda. Tugas kita adalah menjadi diri sendiri sebaik mungkin.

Aku sadar bahwa ikhlas adalah ilmu yang sulit, pun dengan bersyukur. Namun aku paham kalau semua yang terjadi di hidup ini, baik buruknya, manis pahitnya, semua adalah sebuah pembelajaran. Alih-alih berusaha menjadi lebih baik dari orang lain, sudah sepatutnya aku harus berusaha menjadi lebih baik dari diriku yang dulu. 

Tentu bukan hanya aku, banyak orang di luar sana yang merasa kecewa ketika rencana tidak berjalan sebagaimana mestinya. Siapa yang sangka pandemi akan datang di sepanjang 2020 ini? Tapi sebagaimana Steve Jobs mengatakan “you can’t connect the dots looking forward, you can only connect them looking backward” seharusnya kita bisa bersabar untuk melihat kemana titik-titik ini terhubung. Mungkin tidak dalam waktu dekat, tapi yakini kalau di masa yang akan datang pasti kita akan mengerti makna dibalik semua kejadian ini.

Dengan menyambungkan titik-titik yang ada di hidup kita, tanpa kita sadari kita akan bisa lebih menerima semua hal yang sudah terjadi di hidup ini–for the good and the bad things.

The worst thing that could happen might turn out to be the best thing that could happen.


Steve Jobs

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s